Friday, September 3, 2010

Kultur Baru Era Informatika Indonesia



BlackBerry dan Twitter.

Dua hal yang tak kunjung lari dari ucapan seseorang jika dia sedang terlibat dalam suatu percakapan bersama satu maupun sepuluh orang temannya.

Apa yang menyebabkan dua hal tersebut lengket di ujung bibir seseorang sehingga rasa gatal memaksa orang tersebut untuk mengucapkan dua hal di atas?

Tren? Kalau tren, pasti ada pemicu awal dari pihak BlackBerry dan Twitter yang dapat membuat produknya menjadi sebuah mode. Jawabannya sangat sederhana. Adiksi.

Hei, jangan mengeluarkan urat dan menuduh saya munafik dulu. Saya pun mengakui bahwa saya termasuk ke dalam daftar korban yang menjadi ketagihan terhadap BlackBerry dan Twitter dikarenakan oleh nilai keadiktifannya yang menurut saya sangat tinggi.

Jika berbicara mengenai BlackBerry, dengan segala fitur-fiturnya yang canggih, menurut saya kita tidak perlu lagi menanyakan apa yang membuat smartphone itu menjadi pilihan bagi banyak orang. Lebih baik kita bertanya mengenai apa yang membuat situs social networking dalam bentuk micro blogging ini spesial sehingga bisa menjadi sebuah fenomena di setiap sudut planet bumi.

Ayo, pikir. Tren? Seperti yang saya bilang tadi, kalau memang tren pasti ada pemicu awal dari pihak situs ini. Digunakan juga oleh artis? Mungkin berpengaruh, tapi tidak besar. Berita-berita yang mengalir dengan cepat dan mudahnya? Lebih berpengaruh dari penggunaan oleh artis. Pengisi waktu luang? Tepat setepat-tepatnya.

Beberapa hari yang lalu, UberTwitter, sebuah aplikasi khusus BlackBerry yang digunakan untuk menyambungkan smartphone tersebut ke situs Twitter meluncurkan versi terbarunya yang mempunyai tampilan yang sama sekali beda dengan versinya yang lama. Otomatis, banyak sekali orang-orang di timeline saya yang membicarakan UberTwitter versi baru ini melalui… ya, UberTwitter versi baru ini. Ada yang mengatakan, “Tampilan UberTwitter yang baru gaul, coy,” ada juga yang mengatakan, “Layout UberTwitter yang baru sok asik,” dan tidak sedikit juga yang bilang, “Wah, UberTwitter yang baru mirip banget sama TwiXtreme.”

Lalu, apa yang terjadi berikutnya? Kata UberTwitter pun masuk ke jajaran Trending Topics pada saat itu. Saya pun melihat masuk dan menelusuri apa saja isi dari kata UberTwitter yang terpampang di Trending Topics tersebut. Bahasa Indonesia memenuhi timeline dari Trending Topics UberTwitter. Memang, sudah cukup sering Bahasa Indonesia memenuhi Trending Topics di Twitter, namun biasanya itu lebih seperti jago kandang. Mengapa? Karena setiap ada satu Trending Topics dari Indonesia, temanya pun Indonesia sekali, seperti #indonesiaunite atau #sawityowit. Sedangkan UberTwitter? Bahkan seorang Fred Durst dan Kaya Scodelario pun menggunakannya.

Jadi, apa sih yang saya coba katakan di sini? Saya dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai kultur rakyat Indonesia di era informatika ini, yaitu:

1. BlackBerry mendominasi.

Perlu dibahas?

2. Latah.

Saya punya dua contoh terbaru soal ini. New Moon dan melompat dari mal. Perlu dibahas lebih lanjut?

3. Ingin up to date.

Up to date di sini bukan untuk mengisi otak kita secara tulus dengan pengetahuan, tapi lebih kepada agar otak kita terlihat berisi dengan pengetahuan. Oh, dan agar bisa diterima di lingkungan yang diincar. Lebih mudahnya, agar gaul.

4. Tidak ada kerjaan.

Saya telah mengatakan bahwa yang membuat Twitter menarik adalah kesetiakawanannya dalam menemani kita saat kita sedang dalam waktu luang. Dan melihat keaktifan orang-orang Indonesia di Twitter, mereka mempunyai waktu luang yang sangat banyak. Bahkan, orang yang sudah bekerja sekalipun. Mereka membicarakan banyak hal di sini, dari politik sampai versi baru sebuah software.

Wah, sembunyikan urat-urat kalian. Jangan marah dulu. Saya belum selesai menulis. Tenang, saya mengakui kalau saya juga diwakili oleh salah satu dari kultur yang telah saya simpulkan di atas. Maklum, saya pengangguran.

naskah asli by Reno Nismara

December 4, 2009 at 4:09 pm

No comments:

Post a Comment