PAGE
Monday, January 31, 2011
Sunday, January 30, 2011
Bagaspati
Bagaspati
Grafis Wayang Begawan Bagaspati gagrak Surakarta
Begawan Bagaspati walaupun berujud raksasa buruk rupa,namun ia berhati mulia dan sakti.Bagaspati mempunyai seorang istri bidadari bernama Dewi Darmastuti,putri Sang Hyang Ismaya.Meskipun ia sendiri raksasa,Bagaspati mempunyai anak seorang putri cantik yang diberi nama Pujawati.Setelah dewasa anaknya menikah dengan Narasoma,putera kerajaan Mandaraka.
Begawan Bagaspati adalah putera Batara Nagapasa.Ia mempunyai seorang abang,juga berujud raksasa,bernama Bagaswara,yang juga hidup sebagai pertapa.Pertapaan Bagaspati bernama Arga Belah.Bagaspati disebutkan sebagai salah satu di antara tiga makhluk berdarah putih yang pernah hidup di dunia.Makhluk hidup berdarah putih lainnya adalah Resi Subali berujud kera.Dan yang satunya adalah Puntadewa dari keluarga Pandawa,berujud manusia.
Wayang Kulit Begawan Bagaspati gagrak Jogjakarta
Suatu saat Bagaspati berhasil menolong para dewa dengan mengalahkan pasukan gandarwa yang menyerbu kahyangan.Karena jasanya itu,Batara Guru berkenan memberinya hadiah.Bagaspati disuruh memilih salah satu bidadari yang ada di kahyangan untuk dijadikan istrinya.Namun Bagaspati membuat kesalahan dengan memilih Dewi Laksmi,istri Batara Guru.Tentu saja pilihannya ini membuat murka Batara Guru.Maka terucaplah kutukan dari Batara Guru,bahwa kelak Bagaspati akan dibunuh oleh menantunya sendiri.
Begawan Bagaspati sadar akan kelancangannya,lalu memohon ampun.Namun kutukan telah terjadi,tidak mungkin diralat lagi.Para dewa telah berjanji memberinya hadiah seorang bidadari bernama Dewi Darmastuti,salah seorang putri Batara Ismaya(Semar) sebagai istrinya.Namun pemberian itu disertai syarat,setelah bidadari itu melahirkan anak,ia harus kembali ke kahyangan.
Wayang Kulit Begawan Bagaspati gagrak Surakarta
Sementara Batara Guru sendiri,masih tetap merasa dendam terhadap penghinaan Begawan Bagaspati.Bagaimana mungkin seorang raksasa berani merendahkan martabatnya dengan memilih Dewi Laksmi sebagai istri yang diidamkannya.Dendam Batara Guru ternyata cukup mendalam.Belum puas dengan kutukannya,beberapa waktu kemudian Batara Guru menciptakan seekor makhluk ganas dari selongsong kulit Batara Antaboga yang berganti kulit tiap seribu tahun sekali.Disuruhnya makhluk ganas yang diberi nama Candrabirawa itu menyerang Begawan Bagaspati.Tetapi ternyata Candrabirawa tidak sanggup melawan Bagaspati yang berdarah putih.Setiap kali Candrabirawa menyerang,jika dilawan tubuh makhluk itu terbelah dua.Demikian seterusnya sehingga jumlahnya ribuan.Tetapi Bagaspati tidak melawan.Sehingga akhirnya,Candrabirawa menyerah,kemudian memohon agar dibolehkan mengabdi pada Bagaspati.Dan sejak itulah kesaktian Bagaspati bertambah.
Meskipun ujudnya raksasa,Begawan Bagaspati ternyata dapat menjadi ayah yang baik.Ia memelihara dan mendidik Pujawati sehingga menjadi gadis yang tinggi sopan santunnya dan berhati mulia.Pada suatu hari Dewi Pujawati menghadap ayahnya dan menceritakan tentang mimpinya.Dalam mimpinya,dia bertemu dengan seorang ksatria yang tampan dan perkasa,bernama Raden Narasoma.Ia mohon pada ayahnya agar mencarikan ksatria yang muncul dalam mimpinya.Sang Begawan segera tahu bahwa anaknya telah jatuh cinta.Begawan Bagaspati segera teringat akan kutukan Batara Guru.Walaupun demikian demi kebahagiaan anak tunggalnya,Begawan Bagaspati tidak mempedulikan soal kutukan itu.Yang penting baginya,Pujawati dapat hidup bahagia kawin dengan pria pujaannya.Karena itu,ia segera berangkat mencari ksatria itu.
Narasoma mudah ditemukan,tetapi tidak mudah membawanya ke pertapaan Arga Belah.Apalagi ketika Narasoma mendengar alasan Begawan Bagaspati bahwa ajakan itu dimaksudkan hendak memperkenalkannya dengan putrinya.Dalam pikiran Narasoma,seorang raksasa yang buruk rupa tentu begitu pula rupa anaknya.Karena itu serta merta Narasoma menolak ajakan Bagaspati.Maka terpaksa Bagaspati membawa Narasoma dengan cara paksa.Sesampainya di pertapaan Arga Belah,ternyata Narasoma kagum bukan main melihat kecantikan dan perilaku Dewi Pujawati.Kali ini tanpa disuruh ia segera jatuh cinta pada putri Bagaspati itu.Mereka pun kawin.
Suatu hari Narasoma datang menghadap Bagaspati,dengan kata-kata kiasan sebenarnya ia malu mempunyai mertua berujud raksasa.Apalagi ia adalah putra mahkota kerajaan Mandaraka.Mendengar hal ini,Sang Begawan menjawab bahwa ia ikhlas meninggalkan dunia ini demi kebahagiaan putrinya.Raksasa pertapa itu lalu mewariskan berbagai ilmunya,termasuk Aji Candrabirawa.Begawan Bagaspati juga berpesan agar sesudah ia meninggal nanti,nama Pujawati diubah menjadi Setiawati.Dan juga berpesan,bilamana ayah Narasoma menanyakan asal-usul Pujawati,Narasoma agar menjawab kalau istrinya itu pemberian dewa.Setelah berpesan demikian,Bagaspati menyuruh Narasoma menusukkan kerisnya ke dadanya.Pertapa raksasa berhati mulia itu akhirnya tewas.
Saduran dari http://teguhsrahardjo.blogdetik.com/wayang/
Vibishana Gita
Vibishana Gita
Kala melihat Sri Rama akan berhadapan langsung dengan Rahwana, ada rasa sedih di hati Wibisana, Rahwana dengan baju perang bergemerlapan dan naik kereta kebesaran dengan kuda-kuda yang gagah, sedangkan Sri Rama hanya berjalan kaki dengan kaki telanjang dan pakaian brahmana yang sederhana.
Dan turunlah “Vibishana Gita”. Setting-nya berbeda dengan Bhagavad Gita. Dalam Bhagavad Gita, Sri Krishna memberi semangat kepada Arjuna. Memberi pemahaman tentang Kebenaran agar Arjuna tidak ragu-ragu berperang melawan sanak saudaranya para Korawa. Dalam Vibishana Gita, Wibisana mengkhawatirkan keselamatan Sri Rama.
“Bagaimana Sang Prabu dapat menghadapi Rahwana sedangkan kereta pun paduka tidak punya?”
Sri Rama, dengan penuh kasih sayang menjelaskan kepada Wibisana tentang “kereta dharma”.
“Roda kereta dharma adalah keberanian dalam hal menghadapi masalah di luar diri, dan ketabahan dalam hal menghadapi masalah di dalam diri. Keteguhan adalah tiang bendera yang tegak pada kereta dharma dan berkibarnya panji-panji bendera karakter baik. Kuda-kuda adalah kekuatan memilah yang benar dan yang salah, pengendalian diri dan kepedulian terhadap orang lain. Tali kendali kuda terbuat dari tali pengampunan, belas kasih dan ketenangan hati. Sang kusir yang memegang kendali sedang mengabdi pada Tuhan. Tanpa pamrih adalah perisai penangkis godaan dan kepuasan diri adalah pedang pengiris semua hasrat. Amal saleh adalah kapak pembelah keserakahan. Pemahaman diri adalah peluru-peluru kendali. Kesadaran akan jati diri adalah busur yang tanpa henti mengarahkan dan memberi kekuatan. Berbagai senjata dalam kereta dharma adalah pikiran yang tenang dan mantap. Pasrah kepada Guru adalah baju besi yang tak dapat ditembus.”
“Sahabatku, tak ada peralatan yang membawa kemenangan yang efektif seperti ini. Dia yang naik kereta dharma dapat menaklukkan musuh di mana pun.” Demikian perkataan singkat Sri Rama kepada Laksmana sebelum maju perang melawan Rahwana.